MATEMATIKA

Jumat, 20 April 2012

Terlihat sebuah reka ulang
Untuk peran anyar kehidupan
Hitam memang ,
Beruntung , cahaya hikmah masih terpantul di cermin
Dulu masih dia
Menuang sajian pedih yang kuteguk perlahan
Memangku kedekatan yang salah arti
Aku sempat mencecar
Berakibat  sela dialog penentuan
Hingga ada yang retak lalu terpisahkan
Serasa angan tertawan dalam senyap-senyap hari
Mengusung kepedihan untuk selalu bersamanya
Terpecah istana tuan masa lalu hitamku
Tertatap serakan kepingan-kepingan tajamnya
Sengaja kupungut hingga anyir aroma tanganku
Enggan ku tengok belakang
Karena tak ada selain uap dan debunya yang kusapa
Pudar diterpa kecewa

Kini ,
Aku sibuk memulung klausa yang belum sempat jadi kalimat
Di gunungan diksi-diksi
Sesuai kenyataan yang tak terkata
Sebatas melepas paras bermomok
Senyum sekilas setiap bertemu
Hanya sebatas melintas
Sesekali terlihat namun samar
Rumit kesan pertamaku
Terlalu banyak persimpangan yang jadi penghambat
Berakar dalam pikiran
Lambat laun kau jala simpatiku
Sampai ke petak teka-tekimu

Kuanggap diriku
Hanya peluh keringat yang membebani keningmu
Andaipun terpatri angat ucapmu
Angakat tangan tanganmu
Sebelum tangan kirimu mengangkat tangan kananmu
Makana itu ku coba tak ku jamah oleh logikaku
Terlukis jelas garis rumit
Sulit kuungkap, sulit kucari
Tapi,
Ku coba raba layaknya baca huruf  Braille
Meski memang semua sebuah pertanda
Ku akui ,
Ada sekelumit rahasia yang belum terjawab
Meski sedikit demi sedikit terkuat
Sebagai penegasan hatiku
Aku terangkul di lengan kawan baru
Yang nantinya kupastikan jadi sahabat
Kau dengannya sebagai terkait
Walau tak bersinopsis dalam ikatan
Pemberian jendela baru olehnya
Berbonus tirai gangguan penghilang kalbu
Nuraniku mengalunkan pertanyaan
Pertanyaan yang tak pernah bias
Bukan memar luka rangka memori itu
Melainkan kehati-hatian yang berlebih ,

Kuperjelas,
Menerjemahkan isi hati
Lebih baik dengan “bicara

buat bhubuw